2

Cari Tulisan

Rabu, 15 Juni 2011

Guru Tidak Boleh Emosi? Huh, memang kita cowok apaan?


Teringat sebuah training yang dibawakan oleh seorang trainer di sekolah kami,: bahwa sebaiknya guru itu sepuluh menit sebelum masuk pintu gerbang, beristighfar dahulu 100 kali,lalu membaca subhanalloh, alhamdulillah wa laa illahaillallohu allohu akbar dan hal ini membuat kita menjadi lebih tenang dan lebih tidak emosi ketika melihat kenakalan anak didik kita yang memang seringkali membangkitkan emosi kita yang sudah nyaris bangkit, dan kalau guru tak boleh marah,anak - anak akan santai dan tidak mau mengerjakan tugasnya, mungkin dalam konteks kita sebagai guru, bukan marah karena kita ingin melampiaskan kekesalan atau kejengkelan sehingga anak dimarahi, yang mungkin saja kekesalan itu terjadi karena kita habis mendapatkan masalah dari rumah, atau juga mungkin karena baru saja mendapat teguran dari kepala sekolah,namun yang jelas, jangan sampai kita marah, dan anak menjadi benci dan yang diingat hanya marahnya saja tanpa mengetahui,mengapa kita marah padanya, dan hal ini membuat kita jadi kembali teringat suatu kalimat : “ anak murid jangan dimarahin..namun diarahin..”

Dikutip:Zulfahmi

Jendela hati

Baca selengkapnya..

Senin, 06 Juni 2011

Skandal Itu Apa Bunda?

“Skandalku dengan istri orang” demikianlah judul artikel di sebuah majalah wanita yang dibaca Hasyim, anak lelaki solehku berusia 7 tahun, majalah wanita itu terpampang dimeja ruang tunggu dokter gigi. Hari itu giliran hasyim kecilku memeriksa gigi berlubangnya yang membuatnya tidak bersahabat dengan susu coklat dan makanan manis apapun selama dua minggu ini, dan masa penungguan yang cukup melelahkan membuat Hasyim mencoba mencari aktivitas lain dan membaca topik-topik yang tertera di depan sebuah majalah wanita dewasa.

“Skandal itu apa ma? Dan mengapa skandal dengan istri orang? memang istrinya sendiri kemana?” Pertanyaan bertubi-tubi yang mengejutkan dari mulut Hasyim yang mengerucut lucu membuatku gemas untuk mencubit mulutnya.

Namun dengan marah, Hasyim menepis tanganku dan bertanya lagi, “apakah meramal itu, apa beda meramal dengan melamar?” Deg! dengan berpura-pura tersenyum dan menganggap remeh pertanyaannya itu, aku segera meraih majalah wanita dewasa yang ada dalam genggamannya, lalu aku berkata lembut : “Hasyim, bunda tahu kamu suka membaca, mana buku Hasyim yang tadi bunda bawakan? ini bukan untuk Hasyim, ini majalah untuk ibu-ibu seperti bunda.” Hasyim diam dan hanya mengatakan : “buku yang dibawa terlalu tipis bunda, dan sudah habis Hasyim baca,” lalu hasyim bertanya lagi, ”Kalau mama Laurens itu siapa bunda, apakah dia mampu meramal tahun 2020? Kok seperti film kiamat 2012 saja ya bunda..” pertanyaan berikut mulai menyerang lagi, dan semua itu tak mungkin tidak dijawab, dan menurut pemikiranku, bila pertanyaan pertama mengenai skandal, mama laurens dan ramalan mama laurens tentang kiamat 2012 tidak kujawab dengan tuntas, maka ada kemungkinan jawaban yang Hasyim kecilku cari akan didapatkannya dari sumber lain yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Akhirnya dengan sabar kujelaskan satu persatu mengenai skandal, skandal adalah sebuah peristiwa yang memalukan misalnya semestinya Hasyim mencintai bunda dan harusnya tinggal dengan bunda, namun ternyata Bunda malah membalas cinta Hasyim kepada anak-anak lain, dan anak sendiri tidak diperhatikan, hfphhff…rasanya lega ketika menjelasakan satu kata mengenai skandal.

Alhamdulillah, berapa waktu kemudian, panggilan untuk nomer Hasyim nomor 14 terdengar dari ruang dokter gigi Siti Aminah, dan dengan lincah Hasyim memasuki ruang periksa dokter, tinggallah aku yang kemudian harus mencari persamaan kisah mengenai skandal, meramal dan melamar untuk dijelaskan pada hasyim kecilku agar sesuai dengan alam pikirannya. Dan dalam pencarian penjelasan yang lebih mendidik, maka tanpa sadar aku mengutuk penjualan majalah wanita dewasa yang ada dimana-mana, siaran televisi yang memberitakan berbagai macam persoalan dengan membabi buta dan terbuka, tidak ingat bahwa pemirsa bukan hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak dan para remaja, dimana mereka mencantumkan judul berita yang heboh untuk menarik pemirsa dan semua majalah mencantumkan topik-topik hangat untuk menarik pembeli, namun bila dibaca anak-anak merupakan hal-hal sulit yang susah dimengerti anak-anak tapi membuat mereka harus “dipaksa” mengerti sebelum waktunya. Karena ulah media yang memancing pemirsa dan pembaca, membuat tugas dan fungsi kita sebagai orangtua semakin bertambah, pikirku lelah, bertambah dengan mencari penjelasan dan alasan yang sesuai dengan alam pikiran anak-anak dan remaja seusia mereka, karena informasi itu meluncur dengan cepat dan menghadap dalam alam pikiran mereka, ketika kita sebagai orangtua masih asyiik tertidur lelap.

Baca selengkapnya..

Minggu, 29 Mei 2011

Etika Bertetangga

Islam adalah ajaran yang sempurna. Islam mengajarkan dari hal terkecil hingga hal yang besar. Salah satu kesempurnaan itu bisa terlihat pada ajaranya dalam etika bertetangga. Kita sebagai mahluk sosial tidak pernah bisa lepas dari oranglain. Dalam lingkup tempat tinggal kita. Keberadaan tetangga tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita. Kita pun adalah bagian dari tetangga.

Rasulullah saw bersabda, "Tiap empat puluh rumah adalah tetangga-tetangga, yang di depan, di belakang, di sebelah kanan dan di sebelah kiri (rumahnya)." (HR Ath-Thahawi).

Dari hadis ini sudah jelas tentang siapa tetangga kita. Walau dalam hadis ini disebutkan batasan bukan berati kita tidak boleh mengenal orang yang tinggalnya lebih dari empat puluh rumah. Hadis ini bermaksud menekankan kepada kita tentang hak-hak mereka.

Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan untuk tidak boleh kita lakukan terhadap tetangga kita. Kita tidak boleh bersikap pelit ketika tetangga kita mempergunakan sebagian dari bangunan atau halaman rumah kita. Seperti sabda Rasulullah SAW “Janganlah seorang melarang tetangganya menyandarkan kayunya (dijemur) pada dinding rumahnya”. (HR Bukhari).

Hal lain yang tidak boleh kita lakukan adalah acuh ketika tetangga kita kelaparan. Hal ini sangatlah tidak manusiawi. Bahkan Rasulullah SAW menyatakan perbuatan seperti itu bukanlah perbuatan orang yang beriman. “Tiada beriman kepadaku orang yang bermalam (tidur) dengan kenyang sementara tetangganya lapar padahal dia mengetahui hal itu”. (Al Hadis)

Barangsiapa ingin disenangi oleh Allah SWT maka janganlah kita menganggu tetangga kita. Karena hal ini salah satu perbuatan yang disenangi Allah SWT. “Barangsiapa ingin disenangi Allah dan rasulNya hendaklah berbicara jujur, menunaikan amanah dan tidak mengganggu tetangganya”. (HR Al-Baihaqi).

Selain hal itu jika kita menjual rumah kita, maka tetangga kita lebih berhak membelinya dibandingkan dengan orang lain. “Tetangga adalah orang yang paling berhak membeli rumah tetangganya”. (HR Bukhari dan Muslim).

Ada beberapa hak tetangga yang harus kita perhatikan. Di ntaranya ketika tetangga kita sakit kita harus mengunjunginya. Ketika tetangga kita meninggal kita harus mengantarkan jenazahnya. Bahkan jangan samapi tetangga kita menyalakan api tuk menjamu tamu yang ta’ziah. Selanjutnya jika tetangga kita mendapat kebaikan maka ia berhak mendapat ucapan selamat dari kita.

Bangunan rumah kitapun harus kita perhatikan. Jangan sampai lebih tinggi dari tetangga kita. Bukan itu saja, ketika mereka mencium aroma masakan dari rumah kita. Maka tetangga kita berhak tuk merasakan masakan kita. "Hak tetangga ialah bila dia sakit kamu kunjungi dan bila wafat kamu menghantar jenazahnya. Bila dia membutuhkan uang kamu pinjami dan bila dia mengalami kemiskinan (kesukaran) kamu tutup-tutupi (rahasiakan). Bila dia memperoleh kebaikan kamu mengucapkan selamat kepadanya dan bila dia mengalami musibah kamu datangi untuk menyampaikan rasa duka. Janganlah meninggikan bangunan rumahmu melebihi bangunan rumahnya yang dapat menutup kelancaran angin baginya dan jangan kamu mengganggunya dengan bau periuk masakan kecuali kamu menciduk sebagian untuk diberikan kepadanya”. (HR Ath-Thabrani). Wallahu a’lam bi showab

Di tulis oleh:Agustiar Nur Akbar, mahasiswa program sarjana Fakultas Syari'ah Wal Qonun, Universitas Al-Azhar Syarif Kairo.

Baca selengkapnya..

Kamis, 26 Mei 2011

Batuka Baruak jo Cigak, Maimbuah Sikua Karo

Refleksi 13 Tahun Reformasi Bidang Demokrasi
Oleh : Hendri Parjiga

”Sssst… jangan terlalu keras mengritik pemerintah, nanti kamu bisa dijemput malam. Dinding, loteng, meja, kursi, dan semua yang ada di ruang ini, bisa mendengar dan bicara. Kalau kritikan kamu itu disampaikan ke penguasa, bisa hilang malam kamu!”

Di Orde Baru, kalimat peringatan seperti di atas sudah tak asing lagi telontar dari mulut seorang kawan, mengingatkan rekannya yang mencoba mengeluarkan kritikan kepada pemerintah atau penguasa.

Peringatan tersebut bukan tidak beralasan. Tak sedikit tokoh vokal harus hilang dari peredaran. Menghilang tidak tahu rimbanya. Karena tidak ada yang mengetahui ke mana perginya, orang-orang menyebutnya hilang malam. Padahal, dalam Pasal 28 UUD 1945 dengan tegas menyatakan, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

”Hilang malam” paling rawan terjadi saat akan pemilu. Ini terjadi dari tingkatan paling bawah (kampung), hingga nasional. Tokoh-tokoh yang dianggap berseberangan politik dengan penguasa (Golkar) dijemput malam oleh aparat. Warga kampung saya, beberapa hari menjelang pemilu sempat heboh. Salah seorang tokoh di kampung tiba-tiba tidak pulang dua malam. Menurut anggota keluarganya, ia dijemput tiga lelaki berbadan kekar dan berambut cepak. Semua warga kampung buncah.

Pada malam ketiga, si tokoh yang dikabarkan hilang, tiba-tiba pulang. Dari fisik, memang terlihat tidak kurang satu apa pun. Tapi batinnya, sepertinya ada yang disembunyikan.

Belum hilang rasa heran warga yang mendatangi rumahnya untuk memberikan empati, tiba-tiba warga dikejutkan dengan pernyataan seorang tokoh pada warga agar dalam pemilu nanti memberi dukungan kepada partai penguasa. Padahal, sebelumnya, semua tahu, dia adalah tokoh tulen PPP yang paling menentang Golkar.

Pers, sebagai corong demokrasi juga dibungkam. Kebebasan pers dibungkam dengan Peraturan Menteri Penerangan No 1/1984 tentang Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Dengan adanya SIUPP, sebuah penerbitan pers yang izin penerbitannya dicabut oleh Departemen Penerangan akan langsung ditutup oleh pemerintah. Karena itu, pers sangat mudah ditutup dan dibekukan kegiatannya. Pers yang mengritik pembangunan dianggap melawan pemerintah. Bisa dicabut SIUPP-nya.

Tak mau mengambil risiko, media kompak “membela” pemerintah. Tak peduli, kegiatan tersebut menarik, atau hanya sekadar opok-opok. Tak ubahnya corong pemerintah. Budaya telpon pejabat kepada pemilik media membuat sikap kritis wartawan gugur. Beruntung kondisi tersebut tidak bertahan lama. Pada tahun 1990-an, pers di Indonesia mulai melakukan repolitisasi lagi. Sebelum gerakan reformasi dan jatuhnya Soeharto, pers di Indonesia mulai menentang pemerinah dengan memuat artikel-artikel yang kritis terhadap tokoh dan kebijakan Orde Baru. Akibatnya, tiga majalah mingguan; Tempo, DeTIK, dan Editor ditutup.

Bagaimana sekarang? Dengan terbukanya keran demokrasi, semua orang bebas bicara. Bak air bah yang terbuka sumbatnya, arus informasi dan aspirasi mengalir deras. Orang tidak takut lagi melakukan kritikan terhadap pemerintah. Baik melalui aksi demo dan lewat tulisan.

Hanya saja, seiring perjalanan waktu, kebebasan tersebut mulai salah kaprah. Banyak oknum yang memanfaatkan kondisi dengan mencari keuntungan pribadi. Masyarakat yang merasa mendapat perlakuan tidak senang terhadap sebuah kebijakan, diajak melakukan demo. Anehnya, dari sejumlah aksi demo, orangnya itu ke itu saja. Antipati mulai bermunculan.

Yang terbaru, Kongres PSSI di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (20/5), bernasib seperti kongres di Hotel Premier, Pekanbaru, pada Maret lalu. Yakni, ricuh dan tak menghasilkan apa-apa. Pendukung George Toisutta-Arifin Panigoro yang terkenal dengan nama Kelompok 78 terus berusaha agar jago mereka bisa masuk bursa pencalonan. Padahal, sama dengan Nurdin Halid, Nirwan D Bakrie, nama George dan Arifin jelas-jelas dicekal FIFA.

Kisruh tidak bakarunciangan di tubuh induk organisasi olahraga paling populer tanah air itu menggambarkan betapa bobrok dan salah kaprahnya orang-orang memaknai kebebasan demokrasi di negeri ini. Kubu George dan Arifin yang mengklaim pembawa reformasi di tubuh PSSI, justru melakukan pemaksaan kehendak. Semestinya, George dan Arifin tahu diri. Potret demokrasi di era reformasi benar-benar kebablasan.

Hampir semua ajang pemilihan ketua, seperti munas, mubes, muswil, kongres, selalu menuai masalah. Ricuh. Contoh tak elok itu justru dipertontonkan para petinggi negeri seperti dalam pemilihan calon presiden, gubernur, wali kota/bupati, hingga wali nagari. Perilaku buruk itu kemudian menular ke tingkat parpol, organisasi masyarakat, mahasiswa, profesi hingga organisasi keagamaan sekalipun.

Semua merasa hebat, dan layak menjadi pemimpin. Akibatnya, berbagai cara dihalalkan untuk mencapai tujuan. Saling sikut, hujat dan ancam yang dikenal dengan istilah kampanye hitam, menjadi budaya bangsa ini dalam setiap pemilihan pemimpin di setiap level. Politik uang merajalela. Jangankan untuk pemilihan kepala daerah, pemilihan ketua ormas keagamaan saja, tidak jarang tercium politik uang.

Fenomena itu membuat demokrasi di negeri ini teramat mahal. Semua serba uang. Siapa “beruang”, bisa merebut apa saja. Tidak peduli berkualitas dan berintegritas atau tidak, asalkan bisa memberi kompensasi bagi pemilih. Makanya, di alam demokrasi sekarang, banyak pemimpin-pemimpin berwatak “beruang” mengelola negeri ini.

Pemilihan sosok pemimpin seperti menjual barang dagangan, karena ini zaman democrazy. Politik pencitraan dan uang. Untuk membeli “kendaraan politik” maju sebagai calon kepala daerah saja, bisa miliaran rupiah harganya. Belum lagi uang entertainment, ongkos kampanye dan bagi-bagi uang pada masyarakat. Untuk menjadi gubernur, Mendagri Gamawan Fauzi pernah menyebut minimal habis Rp50 miliar. Sedangkan bupati/wali kota, minimal Rp5 miliar.

Bandingkan dengan gaji wali kota yang hanya Rp 6,2 juta dan gubernur Rp 8,7 juta plus dana taktis sekitar Rp1 miliar setahun, belum bisa menutupi biaya pilkada yang dikeluarkan. Wajar saja, banyak mantan kepala daerah di Sumbar yang kini terjerat kasus korupsi. Seperti dilansir KPK, kepala daerah pilihan rakyat gemar menggunakan uang publik untuk kepentingan pencitraan, biaya kampanye, pendanaan parpol dan bisnis keluarga.

Mahalnya biaya demokrasi liberal itu pula, dari pusat hingga daerah dikuasai kalangan elitis. Jangan harap orang-orang pintar dan berkarakter di Sumbar bisa memimpin negeri ini, mimpi kali ye? Saking mahalnya demokrasi, praktik korupsi beranak pinak. Kini, korupsi itu membiak hingga rakyat badarai. Uang gempa sekalipun, dilibas oknum birokrasi hingga masyarakat di akar rumput.

Sebut saja, hampir semua lembaga formal dan nonformal, tak luput dari politik uang. Bahkan, lembaga demokrasi produk Reformasi, juga tersandera korupsi. Mahkamah Konstitusi saja, tidak luput diterpa kasus suap. Inilah demokrasi prosedural, belum substansial. Demokrasi dibajak kaum oportunis, yang pandai bergonta-ganti warna baju, bendera dan kulit.

Buruk rupa wajah demokrasi Sumbar, tecermin dari hasil penelitian The Habibie Centre pada 2009 lalu. Siti Zuhro bersama Eko Prasojo, dan TA Legowo menyebutkan, perjalanan demokrasi di Sumbar justru suram, kontraproduktif dengan kultur Minang yang egaliter. Fungsi lembaga-lembaga demokrasi lokal mandul, karena telah terkooptasi oleh elite-elite lokal yang pragmatis.

Para peneliti yang juga pakar demokrasi dan otonomi daerah itu menyimpulkan, tumpuan harapan itu kini bergantung pada kekuatan masyarakat sipil yang tergabung dalam lembaga nonpemerintah, ketika peran pilar demokrasi (eksekutif, legislatif, yudikatif dan pers) hingga intelektual kampus mulai redup.

Mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syafi’i Maarif menilai, citra kepemimpinan pemerintah Orde Baru lebih bagus dari kepemimpinan SBY. Juga lebih efektif. “Terlepas Soeharto banyak dimensi buruknya. Soeharto punya ketegasan dan berani mengambil keputusan,” katanya.

Namun, pria kelahiran Sumpurkudus, Sumatera Barat, 31 Mei 1935 itu, mengakui, pemerintahan Orde Baru juga banyak sisi buruknya. Salah satunya, mematikan kemerdekaan dan demokrasi. “Kalau dari segi kebebasan, lebih baik sekarang. Pers tumbuh subur bak cendawan tumbuh di musim hujan. Namun, dari sisi kepemimpinan, walaupun otoriter, lebih baik kepemimpinan Orde Baru,” tambahnya.

Buya, sapaan akrab Syafi’i Maarif menambahkan, pemerintah di bawah komando SBY tidak tegas dan tidak berani mengambil keputusan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang melanda bangsa ini. “Kepemimpinan SBY hari ini setengah gagal,” kata dia.

Kalau begitu, secara umum kondisi reformasi tak ubahnya seperti Orde Baru. Bak kata pepatah Minang, “batuka baruak jo cigak, maimbuah lo sikua karo”. Sansai kito. (***)
(Padang Ekspres,Rabu, 25/05/2011 )
Baca selengkapnya..

Rabu, 25 Mei 2011

Tungkek Mambaok Rabah

Tak salah kiranya tokoh lintas agama berteriak lantang, bahwa negeri kita ini sudah krisis moral. Pemerintah atau pemimpin yang harusnya menjadi panutan, kini malah memberikan contoh yang buruk bagi rakyatnya. Seorang atasan yang idealnya menjadi panutan bagi bawahan, justru berbuat sebaliknya. Tak ada lagi kini yang menjadi panutan bagi rakyat jelata. Rakyat pun sudah pesimistis dibuatnya.
Masih segar di ingatan kita akan janji SBY saat dilantik jadi Presiden bahwa pemerintahannya akan menjadi ujung tombak dalam pemberantasan korupsi.Tapi tidak lama setelah itu kasus demi kasus bermunculan,mulai dari korupsi kecil-kecilan sampai yang kelas kakap.Terakhir yang lagi santer diberitkan oleh media massa adalah keterlibatan beberapa petinggi partai demokrat yang nota bene adalah partai yang sedang berkuasa yang dipimpin sendiri oleh Susilo Bambang Yudoyono.Yang lebih membuat kita terkejut adalah berita bahwa partai democrat mengendalikan uang sebesar Rp.41 Triliun.Dari mana uang sebanyak ini didapat oleh partai demokrat?????. Belum lagi korupsi yang dilakukan oleh pejabat-pejabat daerah mulai dari gubernur,bupati sampai ke lurah dan kepala jorong seperti yang lazim kita dengar di berita setiap hari.
Rakyat miskin kini semakin susah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tak heran, kini banyak rakyat “banting setir” menjadi perampok, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka melakukan tindakan melawan hukum yang semestinya haram untuk mereka lakukan. Baca selengkapnya..

Minggu, 22 Mei 2011

Siapakah yang bisa menyetop penyebaran pornography?

Jendela Hati
Siapakah yang tidak tahu pornography, anak-anak kecil sekalipun sudah kenal akrab sang pelaku sebelum beritanya disiarkan dimana-mana, tentu saja karena media yang ramah pada anak-anak, menyediakan informasi tanpa melihat jam tidur siang anak-anak dan akhirnya membuat anak-anak menjadi dewasa sebelum waktunya.
Suatu hari, aku ke plaza dan sambil jalan-jalan sore (ceritanya ngadem karena memang udara di jakarta sangat terik dan sambil menunggu kawan, aku masuk plaza dan ngadem saja), tak lama aku melewati sebuah toko yang mungil namun subhanalloh, tayangan pornography telihat jelas, dari lekuk-lekuknya sampai warnanya, dan hal itu membuat aku bergidik, “alhamdulillah aku gak bawa anak-anak,” karena sliuet patung wanita berpakaian super minim membuat hatiku terasa nyeri.
Namun rasa alhamdulillah tidak berlangsung lama, karena ada anak kecil berusia tujuh tahun, tertawa mengikik dengan kawannya, mungkin berusia sama, sambil menunjuk-nunjuk gambar wanita pakai bikini di toko pakaian dalam tersebut. Mereka menunjuk-nunjuk aurat wanita yang menonjol, sejenak hatiku menjadi tidak enak, dan kembali lintas bayangku kepada film kartun yang ditonton anakku, dan teringat bagaimana artis Indonesia dengan auratnya yang menonjol disana sini menayangkan iklan kopi. Apa sih hubungannya antara iklan kopi dengan sang wanita, dan itu dilakukan ditengah pemutaran film spongebob, sekali lagi kukatakan miris!
Malam itu aku pulang, dan teringat ketika pergi umrah dan melewati sebuah pertokoan (aku memang senang ngadem -menikmati dinginnya kaca di pertokoan), sebutlah dengan nama zam zam tower, sebuah tower yang pas berada di depan masjidil haram, dan lagi-lagi aku terperangah, kasihan pada para lelaki beriman yang hatinya sengsara dengan keimanan, karena di lantai dasar tersebut, terpampang dengan cueknya toko busana pakaian dalam wanita, dan itu adalah satu-satunya toko yang dengan gagah berani mengeluarkan patung wanita setengah badan (kepalanya tidak ada), yang menunjukkan lekuk-lekuk tubuh wanita dengan sangat menonjol.
Aduuh, mau marah sama siapa, ini bukan negara saya, namun ketika suatu hari aku menemui sebuah internet cafe, yang dipenuhi banyak anak yang mengupload sebuah cd porno baru, aku langsung berteriak dengan gagah berani juga : “Aduuh… kalian pulang saja deh, saya ni pengawas sekolah lho, ayo pulang, itu tontonan yang haram, ayo, pulang sana..” dengan wajah garang saya mengusir serombongan anak-anak SMP dan SMU seraya memarahi yang punya internet “mas nyadar gak sih, kalau nyediakan barang haram kan, uangnya juga haram, ni, saya ganti uangnya anak-anak, sambil menyorongkan Rp 50.000, kemudian sekali lagi dengan gagah berani saya bilang : “ besok saya bawa polisi lho, karena mas terlibat dalam kasus penyebaran film pornography, dan saya berjanji dalam hati, diam-diam saya akan datang lagi besok dan memakai baju safari warna coklat pakaian dinas saya sebagai guru sekolah negeri.
Duh, rasanya pengen deh, jadi pejabat, agar bisa bebas marahin orang-orang yang mendownload pornography dan melarang anak-anak sekolahan yang ramai-ramai ke warnet untuk melihat adegan pornography. Siapa yang mau mengangkat saya ya.. jadi terpikir, ini kali yaa, gunanya perempuan jadi caleg, paling tidak bisa mampu bertindak bebas merdeka, paling kurang menghentikan perburuan maksiat yang marak di warung internet. Baca selengkapnya..

Jumat, 20 Mei 2011

Mengapa Berbohong, Anakku?

“Ini blackberry siapa..?” ibu bertanya kepada Lina yang hanya diam termangu, dan dengan wajah pucat Lina menjawab tergagap, ”hmm... ini punya kawanku, aku dititipkan olehnya, dan aku.. lupa mengembalikannya..” Dengan tangan gemetaran Lina mencoba mengambil kembali blackberry berwarna putih yang harganya cukup mahal untuk anak seusia Lina yang baru duduk di bangku kelas 6 SD.
Sebagai seorang ibu, nalurinya telah melihat bawhwa ada tanda-tanda kebingungan dan kegelisahan pada anaknya ketika ditanya, dan dibalik kegelisahan anaknya itu, ibu bisa mengerti bahwa anaknya telah berdusta dan menyembunyikan sesuatu yang tidak ingin diketahui oleh ibunya.
Namun sebagai ibu, ibu Iin sangat bijaksana. Dia tidak memaksa anaknya untuk mengakuinya, dia diam saja dan perlahan menyerahkan pada anaknya blackberry yang masih nampak baru dan lucu, karena dilapisi chasing atau penutup blackberry berwarna pink yang sangat imut dan cantik.
Dengan lembut ibu memberikan kembali blackberry tersebut pada Lina. Lina pun menerima dengan senang hati. Namun Lina nampak merasa bersalah yang sangat karena sudah membohongi ibunya yang sangat pengertian dan baik hati. Walaupun ibu diam saja, namun Lina tahu bahwa ibu tahu dan mengerti sesuatu, namun ibu tidak marah, malah Lina yang merasa tidak enak.
Lina pun menyimpan blackberrynya dengan baik di dalam laci lemari, kemudian setelah menenangkan dirinya, Lina perlahan keluar dan berdoa semoga ayah tidak tahu dan tidak marah-marah yang akan membuat perasaannya semakin merasa tidak enak. Diam-diam Lina berencana akan mengakui perbuatannya dan mengatakan pada ibu bahwa dia ingin sekali memiliki blackberry, namun karena khawatir ibu tidak kasih, selain harganya yang sangat mahal, juga karena Lina yang sekarang sudah berusia kelas 6, akan mengikuti ujian akhir nasional dan UAS yang akan diadakan 4 bulan lagi. Ayah dan ibu Lina sudah pasti tidak akan mau membelikan blackberry karena khawatir Lina akan bermain terus dengan blackberrynya.
Dikarenakan keinginan Lina yang sangat besar untuk memiliki blackberry, Lina pun mengumpulkan uang dan meminta pada tente serta neneknya ketika lebaran kemarin untuk menambah uang ampawnya (uang saku yang diberikan ketika berlebaran), dan pada saat itu Lina merasakan perasaan yang sangat bersalah sekali. Ibu hanya diam saja, dan bersikap seakan-akan tidak ada apa-apa, namun karena Lina dibesarkan dalam sebuah keluarga yang selalu terbuka dan tidak pernah berbohong, maka perlakuan ibu yang diam saja dan tidak menuduh serta tidak marah, bahkan dengan tidak menyerang dengan kalimat yang menyakitkan lalu mendiamkan Lina seakan Lina tidak bersalah apa-apa, membuat Lina akhirnya mengaku. Tidak lama kemudian Lina bertekad menyerahkan blackberrynya kepada ibunya yang memang bukan milik kawannya. Setelah sholat magrib, di dalam hatinya, Lina membulatkan tekadnya untuk memberikan blackberrynya pada ibu, dimana ibu menerimanya dengan senang hati.
“Lina mau blackberry ini?” ibu bertanya hati hati. “ibu tahu ini bukan punya Lina..”? Lina bertanya takut-takut tanpa memandang wajah ibunya. “Ibu tidak tahu, apakah ini punya Lina atau bukan, karena setahu ibu, Lina tidak pernah minta dibelikan dan ibu serta ayahpun juga belum pernah membelikan blackberry seperti ini karena belum waktunya,” ibu menjawab dengan tenang. Akhirnya Lina menangis dan dengan suara terisak-isak, Lina mengakui semua kesalahannya dan berjanji untuk memberitahu ibu bila dia menginginkan sesuatu dan minta ijin kepada ibu bila akan membeli sesuatu.
Ternyata teguran yang lembut sungguh sangat efektif bagi seorang anak bila melakukan kesalahan daripada teguran yang penuh dengan kekerasan, menyakitkan dan teriakan serta tuduhan yang malah akan membuat sang anak merasa benci dan membuat benteng dalam dirinya. Sehingga untuk tahap selanjutnya bukannya penyelesaian yang baik yang didapat, namun penyelesaian dengan cara yang tidak menyenangkan, bahkan bisa jadi akan terjadi perang dingin dan ketidaknyamanan yang terjadi diantara ibu dan anak.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS: Ali Imran: 159)
Thursday, 23 December 2010 | Jendela Hati
Diterbitkan kembali oleh : Zulfahmi Baca selengkapnya..

Rabu, 18 Mei 2011

Pendukung Soehartoisme Mulai Beraksi, Nyatakan Siap Tegakkan Lima Ajaran Soeharto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Koordinator Nasional Aliansi Soehartois Patriot Pelopor Pembangunan Republik Indonesia, Jantje Worotitjan menegaskkan, pihaknya akan konsisten berjuang menegakkan ajaran Soeharto yang diformulasikan ke dalam "lima pilar Soehartoisme".
"Lima Pilar dimaksud, ialah, Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bhineka Tunggal Ika, Kerukunan Umat Beragama," katanya, Rabu.
Selaku Koordinator Nasional (Kornas) Aliansi Soehartois Patriot Pelopor Pembangunan Republik Indonesia (ASPPPRI), ia juga mengingatkan kepada seluruh 'slag orde' di seluruh pelosok Nusantara, agar tidak ada tawar menawar lagi dengan 'Lima Pilar Soehartoisme' yang bersandar pada ajaran Presiden ke-2 RI ini.
"Tidak bisa ada ideologi lain di negeri kebangsaan yang bhineka dan bersatu ini. Segala macam bentuk penyesatan, apakah itu melalui pancingan perilaku 'hedon' ataupun dengan memanipulasi agama, tak akan pernah dilayani kaum Soehartois," tegasnya lagi.
Karenanya kepada seluruh aktivis ASPPPRI, Jantje Worotitjan juga mengingatkan agar tetap meningkatkan kewaspadaan, terutama menghadapi pihak-pihak pengganggu laten, baik ekstrim kiri maupun esktrim kanan.
"Namanya ideologi atau paham ekstrim, apakah kiri atau pun kanan, harus ditolak, karena tak sesuai dengan nurani yang sesungguh-sungguhnya dari kaum nasionalis Pancasila, termasuk kaum Soehartois," tandasanya.
Mantan presiden Soeharto kembali dapat 'angin' dalam sepekan terakhir gara-gara survei Indo Barometer terkait presiden yang disukai publik. Presiden Soeharto menempati urutan pertama sebagai presiden yang paling disukai publik.

Sebanyak 36,54 persen dari 1.200 responden di seluruh Indonesia memilih Presiden Soeharto. Di bawah Soeharto barulah SBY. Dan berturut-turut Soekarno, Megawati, dan BJ Habibie serta Gus Dur.

Berkaitan dengan kesukaan publik itu pula, ketika responden ditanya presiden mana yang paling berhasil, maka jawabannya tetap pada Soeharto. SEbanyak 40,5 persen responden menilai di era Soeharto yang paling berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.

Urutan di bawahnya tetap, yaitu SBY-Soekarno-MEgawati-BJ Habibie, dan Gus Dur. Survei Indo Barometer ini memiliki margin error sebesar plus minus tiga persen.
Rabu, 18 Mei 2011 11:29 WIB
Redaktur: Stevy Maradona
Sumber: Antara Baca selengkapnya..

Televisi Sebagai Guru

Televisi Sebagai Guru
Rabu,18 Mei 2011| Jendela Hati
“Ayoo Dina, coba lihat sini..” seorang ibu dengan sangat lembutnya mencoba untuk mengalihkan perhatian anaknya pada televisi dan mengajak sang anak bermain bola di luar rumah. Namun anak perempuan kecil yang berusia 3 tahun, dengan kuncir dirambutnya dan pipi merah meronanya hanya menggeleng dan berusaha menjauhkan dirinya dari sang ibu yang terus berusaha mengajak sang anak dengan setengah memaksa, lalu, “akhh anak ini, nonton televisi melulu, “ gumam sang ibu. “ Noooo, I don’t want, go, go, goo..” teriak sang anak dengan bahasa Inggris yang cukup fasih.
Sejenak sang ibu terdiam, masya Allah, kok anaknya lancar betul berbahasa Inggris. Usut punya usut ternyata film-film berbahasa Inggris yang diserap sang anak dari sejak masih kecil mampu membuat seorang anak ikut dan mengikuti percakapan yang terdengar oleh telinga si anak, walau mungkin tidak terjadi pada semua anak yang menonton film kartun. Namun film kartun yang masih menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, mampu membuat anak mengerti dan meniru percakapan singkat dalam bahasa Inggris terhadap film kartun yang dilihat sang anak, asalkan film kartun tersebut dipilihkan oleh sang ibu yang cukup membuat anak memahami bahasa Inggris dalam kalimat yang cukup sederhana.
Selain merupakan talent juga, bakat bahasa dari sang anak itu sendiri ada secara personal. Namun menonton televisi dalam bahasa Inggris berarti menonton acara anak-anak dalam versi barat yang tentu saja bukan hanya bahasa yang tersaji, namun juga nilai-nilai dan akhlak, pola tingkah laku, pakaian, penampilan dan lain-lain. Semua hal itu memerlukan juga bimbingan orang tua yang tentu saja sang orang tua harus bijak dalam menyikapi dan menjawab pertanyaan anak bila ada acara televisi edisi bahasa Inggris yang tidak dimengerti oleh sang anak, agar mereka tidak salah persepsi terhadap apa yang dilihatnya.

Diterbitkan Oleh: Zulfahmi Baca selengkapnya..

Senin, 16 Mei 2011

UN 2011: AGAM BELUM 100 %

UN 20011 : AGAM BELUM 100%
Walaupun kabupaten Agam untuk tahun ini mengalami peningkatan peringkat tetapi sangat masih ada siswa yang tidak lulus Ujian Nasional (UN). Di kabupaten Agam sebanyak 87 siswa tidak lulus tahun ini.

Hal ini disampaikan sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Agam Ediosman,M.Pd. kepada wartawan, Senin (16/5), usai pengumuman serentak di tiap sekolah di Kabupaten Agam siang tadi.

Dari 87 siswa yang tidak lulus tersebut dirincikan tiga orang bersal dari program IPA, sebanyak 67 orang berasal dari program IPS sedangkan untuk SMK sebanyak 17 orang yang tidak lulus.

Siswa yang tidak lulus di pastikan akan mengulang lagi di Kelas tiga dan mereka akan mengikuti UN pada tahun berikutnya.

"Mereka akan mengikuti UN pada tahun berikutnya apabila mereka telah mengulang duduk di kelas tiga"ulasnya. Baca selengkapnya..

KEKACAUAN DATA UN TERULANG KEMBALI

PENGOLAHAN DATA UN
PANITIA PUSAT JUGA KACAU BALAU

JAKARTA - Pekerjaan Panitia Pusat Ujian Nasional (Unas) 2011 bertambah. Pemicunya, muncul kekacauan saat nilai hasil unas diumumkan di tingkat sekolahan. Panitia pusat menarget kekacauan tersebut beres setelah sepekan dilaporkan oleh pihak sekolah ke pusat melalui Pemerintah Provinsi (Pemprov).

Ketua Panitia Pusat Unas 2011 Muhammad Aman Wirakartakusumah kemarin (16/5) menjelaskan, kekacauan nilai Unas ini bukan yang pertama terjadi. "Tahun lalu juga ada," tandasnya. Tapi, dia berkilah panitia pusat mampu menyelesaikan kekacauan nilai Unas tersebut dalam tempo singkat.

Pria yang juga menjadi ketua di Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) itu mengatakan, banyak sekali kemungkinan yang bisa mengakibatkan kekacauan nilai tersebut. Dia lantas mulai meruntut dari tingkat siswa. Aman menjelaskan, siswa yang mendapatkan nilai ganjil, misalnya 00,00 bisa jadi memang sama sekali tidak bisa menjawab dengan benar.

Dugaan selanjutnya adalah, siswa yang bersangkutan terlalu percaya diri dengan kunci jawaban yang berseliweran via SMS. "Kami sudah mengingatkan sebelum Unas, menggunakan kunci jawaban cukup beresiko," tandasnya. Ketidak telitian siswa saat mengisi nomor ujian, nama, dan menandai jawaban juga disinyalir menjadi salah satu penyebab kekacauan tersebut.

Aman lalu membeber pos lain yang berpotensi menjadi pemicu kekacauan nilai Unas. Diantaranya adalah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang bertugas melakukan pemindaian awal lembar jawaban komputer (LJK). Aman menjelaskan, sistem pemindaian menggunakan teknologi komputer yang juga memiliki beberapa kelemahan. Misalnya, komputer tidak bisa membaca LJK yang tercekat cukup buram.

Panitia pusat juga tidak lepas dengan potensi kelalaian yang berpotensi memicu kekacauan nilai tersebut. Dalam skema yang telah ditentukan, panitia pusat bertugas untuk memverifikasi hasil pemindaian yang dilakukan PTN atau panitia tingkat provinsi. "Kita juga akan mengecek apakah kekacauan itu juga berawal dari panitia pusat," tutur Aman.

Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendiknas Mansyur Ramly menjelaskan, pihaknya belum menerima laporan kekacauan lain selain di Surabaya. Dia mengatakan, jika ada kejanggalan dalam hasil penilaian Unas, sekolah bisa wadul ke Pemprov setempat lalu diteruskan ke panitia pusat. "Intinya siswa tidak boleh dirugikan jika (kekacauan) itu karena kesalahan pantia," tandasya.

Dalam kesempatan sebelumnya, Mansyur menjelaskan pengalaman tahun lalu fase pemindaian memang rawan. Ia mencontohkan, tahun lalu hasil pemindaian di seluruh Provinsi Banten di kembalikan karena banyak kekeliruan. Seperti, ada siswa yang ikut Unas tetapi tidak ada hasil pemindaiannya. "Tahun ini tidak ada (hasil pemindaian PTN, red) yang sampai dikembalikan," ucapnya.

Lantas bagaimana nasib siswa-siswa yang kedapatan nilainya hilang atau janggal tersebut? Mansyur mengatakan pihaknya memiliki waktu sekitar satu minggu untuk meng-cross check kejadian itu. Dia menjelaskan akan mengecek langsung ke siswa, PTN, hingga pemerintah setempat.

Jika dipastikan kesalahan ada di panitia dan ternyata nilai siswa tadi melampaui batas minimal kelulusan, maka siswa tadi dinyatakan lulus. Sebaliknya, jika kesalahan di panitia tapi nilai masih di bawah batas minimal kelulusan, siswa tadi tetap tidak lulus. Siswa juga ditetapkan tidak lulus jika kekacauan tadi dipicu kesalahan siswa sendiri.

Mantan rektor ITS itu hanya berpesan bagi siswa yang tidak lulus, dan daerah dengan tingkat kelulusan yang rendah tidak berkecil hati. Nuh mengatakan, hasil Unas ini lantas dilakukan pemetaan kualitas pendidikan dan kemudian diintervensi peningkatannya. (wan)

Baca selengkapnya..